Puisi: Sebuah Artefak: Gedung Delapan Pasirgagak

Sebuah Artefak: Gedung Delapan Pasirgagak
By: Zidny Ilma

Puisi: Sebuah Artefak: Gedung Delapan Pasirgagak
Berpuluh-puluh tahun jasadnya dierami bukit Pasirgagak
Bersama kepingan sajak yang nyaris lenyap
Di tubir sejarah, di atas papan-papan ingatan yang patah.

Bangunan peninggalan itu berjajar
Berundak-undak menggapai puncak
Hampir seluruh punggungnya membenam ke dinding tanah
Menyembunyikan utuh jati dirinya yang antah.

Sedikit yang tahu bukit itu menyaksi bagaimana dulu
Nyinyir darah para pahlawan tak dikenal mengalir
Cerap ke dalam tanah yang merah, hingga kianlah merah
Semerah dadanya
Semerah nyalinya
Semerah perjuangannya.

Hingga jumputan pucuk-pucuk cerita
Perlahan kering di bibir tua.
Delapan undakan yang dibangun orang-orang bermata biru
Untuk markas kecilnya di atas tanah subur itu
Kini hanya tinggal beberapa saja
Terkikis zaman. entah ada yang tak merelakan
Ia benam seiring mata moyang memejam
*** (end)

- Bandung Barat, Desember 2013
- Pasirgagak : nama bukit di daerah Bandung Barat. Di sana terdapat delapan bangunan tua peninggalan Belanda yang mana penduduk sekitar menyebutnya Gedung Dalapan.

TENTANG PENULIS/ PENYAIR:
Zidny Ilma, lahir di Bandung pada tanggal 12 Januari. Alumni PP. Miftahul Huda Al-Musri’ dan PP. Riyadlul Mutawakkilin Al-Musri’ 1 Cianjur, Jawa Barat. Sekarang tinggal di PP. Al-Mashduqiyah Bandung Barat, Jawa Barat. Tergabung dalam Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI) Bandung dan Fatayat NU. Sejumlah tulisannya pernah dimuat di beberapa media massa dan beberapa buku antologi bersama. Penulis bisa dihubungi di Facebook: Zidny Ilma. Twitter: @zidnylma atau Email: zidnylma@gmail.com
Komentar